RETORIKA (PUBLIC
SPEAKING) DAN PROTOKOLER
Oleh : Ali Sadikin
Setiap gerakan besar di dunia dikembangkan oleh ahli-ahli pidato dan
bukan jago-jago tulisan. Adolf Hitler.
Retorika
Retorika atau Public Speaking berasal
dari bahasa Yunani –Rhetorica, yang
berarti seni berbicara dengan orang
lain, baik antarpersona (satu-kepada-satu) dan berkembang menjadi kegiatan
komunikasi massa
(satu-kepada-semua). Tujuan adalah mempengaruhi dan merayu publik dalam rangka
membentuk dan membina opini publik atau pendapat umum. Retorika sebagai seni
mengandung banyak unsur persuasif (membujuk) yang tinggi seperti penggunaan
suara, bahasa lisan yang indah, berirama dalam menyampaikan pesan ketika
berpidato.
Merayu publik adalah hal yang
sangat penting dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kita terutama dalam hal
membangun kesadaran dan kebenaran. Publik atau khalayak memiliki daya tangkal
dan sekaligus daya serap. Retorika dipergunakan agar publik mengunakan daya
serapnya dan tidak sebaliknya.
Sejak jaman Yunani-Romawi telah
dikenal banyak ahli pidato ulung yang disebut dengan istilah Orator (ahli
orasi). Dalam perkembangannya hal itu banyak ditiru olah tokoh-tokoh politik
seperti Hitler, Lenin, Rossevelt, Soekarno, Nehru dan banyak lainnya. Mereka
adalah merupakan orator-orator yang mampu memukau publik.
Pada awalnya retorika banyak
dipergunakan oleh tokoh-tokoh politik dalam agitasi dan propaganda mereka
mempengaruhi khalayak demi mencapi tujuan-tujuan politiknya. Para
agitator dan propagandis politik melakukan persuasi politik terhadap khalayak
untuk membentuk pendapat umum. Retorika model tersebut banyak dikecam sebagai
retorika persuasif negatif yang
banyak berisi kebohongan dan pemalsuan tanpa memperhitungkan prinsip-prinsip
kebenaran, kebajikan dan moralitas.
Meski sejak jaman Romawi Plato
telah mengecam retorika persuasif negatif tersebut namun kenyataannya sampai
sekarang masih banyak dipakai dalam kegiatan politik, karena daya pesonanya
sangat luar biasa dalam memakau khalayak. Dengan menggunakan bahasa lisan yang
indah, irama, mimik, intonasi suara dan gerak tubuh yang selaras membuat
retorika atau pidato politik memiliki daya persuasi politik yang sangat tinggi.
Hal ini sangat berbahaya jika dipergunakan sebagai medium propaganda yang
negatif. Hitler dan Stalin, Lenin, Mao Tze Tung, Aidit, membuat jutaan orang
mati hanya karena pidato-pidato politik mereka.
Plato menyebutnya sebagai racun
yang membunuh demokrasi dan memperkenalkan teori baru dealektical rhetoric yang menekankan pada jiwa manusia. Retorika
adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan memotivasi jiwa manusia secara positif
kea rah kebenaran dan kebajikan. Orator atau komunikator dalam ucapan-ucapannya
harus senantiasa berpedoman dan terikat pada dasar-dasar kebenaran, tanggung
jawab, kejujuran, keadilan dan tidak boleh berpidato dengan menyampaikan
kebohongan, fitnah, adu domba dan sesuatu yang tidak benar. Para
nabi, ulama, motivator merupakan
contoh-contoh yang nyata.
Aristoteles membagi retorika
politik dalam tiga jenis, dalam karyanya Retorika
yakni : (1) retorika diliberitif, (2)
retorika forensic, (3) retortika demonstratif. Retorika deliberitif dirancng untuk
emepengaruhi khalayak , dalam kebijakan pemerintah. Pembicaraan difokuskan pada
keuntungan dan kerugian jika sebuah kebijakan diputuskan atau dilaksanakan.
Retorika Forensik adalah retorika yang berkaitan dengan pengadilan, fokus
pembicaraan pada masa lalu yang berkaitan dengan keputusan pengadilan. Retorika
Demonstratif mengembangkan wacana yang dapat memuji atau menghujat. Retorika
politik pada umumnya menerapkan retorika ini untuk mempengaruhi khalayak.
Pidato
Pelaksanaan retorika adalah
pidato. Dengan pidato kepada khalayak secara terbuka akan berkembang wacana
publik dan berlangsung proses persuasif. Melalui pidato akan dapat terungkap
adanya Konflik dan Konsensus. Pidato
adalah negeoisasi dan dengan
retorika politik akan tercipta masyarakat dengan negosiasi (konflik dan
konsensus) yang terus berlangsung. (Dan Nimmo).
Protokoler
Protokoler adalah pengaturan tata
cara, upacara, gelar kegiatan. Disusun secara sistematis termasuk jenis
perlengkapan, penataan tempat, dekorasi dan hal-hal lain yang menunjang sukses
tidaknya sebuah acara atau kegiatan. Tujuannya adalah agar tujuan kegiatan
dapat tercapai secara jelas, proses kegiatan menarik, berjalan hikmat dan
terhormat, berkesan, isi dan kulit kegiatan perpadu secara harmonis.
Landasan dasarnya bermacam-macam
tergantung acara, acara kenegaraan biasanya berdasar Tap MPR, Kepres. Perda
baik tingkat satu maupun dua, sistem religi, budaya nasional, budaya daerah dan
sistem organisasi, perkumpulan atau club-club. Jenis istilah latihan
protokoler; pembawa acara, mc, presenter dan moderator.
Syarat protokoler adalah
seseorang yang dianggap memiliki kapasitas sehat jasmani dan rohani, memiliki
ketrampilan retorika, berpengetahuan luas, memiliki kemampuan berkomunikasi,
disiplin, dapat mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Memiliki tim kerja,
supel dan fleksibel, tegas, bertanggung jawab, jujur, bermental baja dan
sebagainya.
Qui assendit sine labora des condit sine homore, siapapun yang bekerja tanpa persiapan akan jatuh dan kehilangan kehormatan.
Daftar Pustaka
Arifin, Anwar. 2008. Opini
Publik. Jakarta : Penerbit Pustaka Indonesia
Khasali, Rhenald. 2008. Manajemen
Public Relation. Jakarta
: PT Pustaka Utama Grafiti
Rakhmat, Jalaluddin. 2008.
Psikologi Komunikasi. Bandung
: PT Remaja Rosdakarya.
Modul Kuliah Opini Publik Fisip
Untag’45 Jakarta
Modul Kuliah Komunikasi Politik
Fisip Untag’45 Jakarta
Modul kuliah Publik Relation
Fisip untag’45 Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
masukkan alamat email anda