Senin, 05 Desember 2011

Membangun Opini Publik Meraih Kemenangan Politik



0leh : Ali Sadikin

Opini Publik

Opini publik berasal dari bahasa latin, opinari berarti berpikir atau menduga, publicus artinya milik masyarakat luas. Kata opinion sendiri mengandung akar kata onis yang berarti harapan. Dalam bahasa Inggris opinion erat hubungannya dengan option dan hope yang juga berasal dari bahasa latin optio yang artinya pilihan atau harapan.  Opini publik menyangkut dugaan, perkiraan, harapan dan pilihan yang dilakukan banyak orang.

Obyek ini sangat penting karena sifat komunikasi yang dilakukan  menyangkut manusia dalam kedudukannya sebagai individu  maupun bagian dari masyarakat secara luas. Hubungan yang dilakukan oleh negara di manapun di dunia tidak lepas dari munculnya opini publik di masyarakat. Kebijakan pemerintah dalam konteks demokrasi pada akhirnya harus mempertimbangkan aspek opini, persepsi, pendirian dan sikap publik.

Istilah opini publik berdasar latar belakangnya memang sangat kental dengan wilayah dan peristiwa-peristiwa politik. Pakar komunikasi mengidentifikasi sejarah kehadiran konsep tersebut di mulai di Eropa, khususnya Inggris dan Perancis pada pertengahan abad ke -18. Para penguasa pemerintah di berbagai penjuru dunia di ketahui sangat berkepentingan dengan opini publik, “anyting said aloud and heard by anyone” (siapapun akan mendengar pernyataan yang nyaring/keras).

Kondisi tersebut didasarkan oleh pandangan bahwa pemerintah demokratis wajib menjalankan kehendak rakyat, sementara itu rakyat sendiri secara luas sering memilih untuk diam, sehingga opininya sering tidak diketahui secara jelas. Untuk itulah lahir lembaga-lembaga yang sering mengakui bahwa kehadirannya tak lebih untuk menyuarakan kehendak rakyat, atau menyampaikan suara rakyat. Semacam organisasi sosial politik, keagamaan, mahasiswa dan media massa.

Membangun Opini, Memanage Isu

Memahami opini seseorang apalagi publik bukan pekerjaan yang mudah, RP Abelson merumuskan molekul opini ada tiga unsur, yakni :
  1. Belief (kepercayaan tentang sesuatu)
  2. Attitude ( apa yang sebenarnya dirasakan seseorang)
  3. Perception (persepsi)

Fakta di lapangan pengaruh belief dan attitude tidak otomaticly akan menjadikan apa yang dinyatakan seseorang melalui pernyataan akan sama. Ternyata tidak banyak orang yang dapat mengungkapkan opininya sesuai dengan sesuatu yang dipercayai atau apa  yang sebenarnya dirasakan, terutama pernyataan yang ditujukan kepada khalayak luas. 

Pernyataan yang tidak konsisten ini tercatat luas dalam berbagai sikap masyarakat, misalnya orang Amerika kulit putih, jika ditanya, selalu akan menyatakan bahwa orang negro sama baiknya dengan orang kulit putih, tetapi dalam memilih tempat tinggal mereka akan selalu menghindarai tinggal berdekatan. Seorang mahasiswa apalagi aktivis jika disurvei akan menyatakan penguasa dan pengusaha (konglomerat) mengisap keringat rakyat. Beberapa bulan kemudian setelah lulus, dia bekerja pada salah satu dari mereka yang belum lama di kritiknya.

Persepsi

Maka akar dari opini sebenarnya adalah persepsi. Persepsi ditentukan oleh faktor :
  1. Latar belakang budaya.
  2. Pengalaman masa lalu.
  3. Nilai-nilai yang dianut.
  4. Berita-berita yang berkembang.

Faktor satu sampai tiga akan membentuk pendirian (attituted) seseorang. Akan tetapi seperti di jelaskan diatas pendirian tidak atomatis mampu membuat seseorang jujur atau berani menyatakan opininya, terutama ke masyarakat luas atau lebih banyak memilih diam terhadap kondisi yang ada.

Pendirian sering juga disebut sebagai sikap, yang merupakan opini yang masih tersembunyi di dalam batin seseorang (Latent Opinion). Masih banyak orang yang menyembunyikan opininya karena manusia adalah mahluk sosial. Mereka melakukan hal tersebut semata-mata untuk menjaga relasinya dengan orang lain disekitarnya. “Attitude is the feeling one has for oneself.”
Memanage Isu dengan Agitasi dan Propaganda

Akan tetapi pendirian (attitude) akan membentuk persepsi, persepsi akan membangun opini. “What the individual says or put in a questionnaire”, pendirian yang diungkapkan dalam bentuk apapun (verbal, bahasa tubuh, symbol, raut muka, ekspresi, warna, pakaian, ruang, waktu) di sebut opini.

Opini individual akan berkembang menjadi konsensus bila masyarakat dalam segmen tertentu memiliki kesamaan-kesamaan tertentu. Kesamaan itu bisa berupa kesamaan kekecewaan, kegembiraan, atau pengalaman emosional lainnya. Konsensus yang sudah matang dan menyatu dalam masyarakat itulah yang di sebut opini publik.

Persoalannya adalah untuk membangun konsensus membutuhkan waktu dan juga tergantung banyak unsur, seperti emosi, tekanan dari luar, dan pengaruh berita-berita yang berkembang. Di sinilah waktu perlunya menajemen isu dengan melakukan  agitasi dan propaganda. Tujuannya adalah agar tercipta konsensus yang cepat dan opini publik terbentuk sesuai dengan agenda dan kemauan politik  yang menjadi target kita.

Manajemen isu sesungguhnya mengenai kekuasaan. Jika kita sebagai individu atau organisasi ingin membangun opini publik dalam rangka mempengaruhi kebijakan publik, kita harus memiliki kekuasaan berdasarkan ide yang kita ambil. Kita dapat mengubah kebijakan masyarakat karena kita mampu menawarkan alasan yang masuk akal untuk menjustifikasi posisi atau kebenaran menurut kita. Kondisi tersebut harus diselaraskan dengan kepentingan publik, membangun hubungan yang efektif dan saling menguntungkan dan meningkatkan kepentingan komunitas.

Upaya proaktif mengelola gagasan, isu-isu, tren atau peristiwa potensial perubahan pendirian, persepsi dalam rangka membangun opini publik yang tujuannya untuk mempengaruhi dan merubah kebijakan publik atau tujuan politik kita itu yang disebut manajemen isu. Isu muncul ketika ada ketidaksesuaian antara lingkungan atau pengharapan publik dengan kenyataan (kebijakan pemerintah), juga karena perubahan kebijakan, disharmoni dan sebagainya. Isu bisa meliputi masalah, perubahan, peristiwa, situasi, kebijakan atau nilai.   

Mengelola isu dilakukan dengan melakukan penelitian, monitoring, mengidentifikasi, menganalisis dan akhirnya membuat langkah-langkah strategis. Menyimpulkan isu dan membangun opini publik yang semassif mungkin.

Agitasi dan Propaganda

Berasal dari bahasa latin, Agitare yang berarti bergerak, menggerakkan, dalam bahasa Inggris disebut Agitation. Agitasi beroperasi menggerakkan khalayak ( rakyat, anggota, komunitas) kepada suatu gerakan terutama gerakan politik. Upaya menggerakan massa dengan lisan atau tulisan, dengan cara merayu, mempengaruhi, merangsang , membangkitkan emosi khalayak menuju satu opini bersama dan pada akhirnya menjadi opini publik.

Agitasi dimulai dengan membuat kontradiksi atau pertentangan dalam masyarakat  dan menggerakkan khalayak untuk menentang kenyataan hidup yng dialami selama ini (penuh ketidakpastian dan penuh penderitaan) dengan tujuan menimbulkan kegelisahan dikalangan massa. Kemudian rakyat digerakkan untuk mendukung gagasan baru atau ideologi baru dengan menciptakan keadaan baru.

Agitasi juga berusaha agar khalayak bersedia memberikan pengorbanan yang besar dan bersedia mengorbankan jiwa untuk tujuan mewujudkan cita-cita politik. Dengan agitasi seorang pemimpin mempertahankan kegairahan pengikutnya untuk memperoleh kemenangan, dan diikuti usaha sistematis dalam rangkaian tujuan.

Ada pendapat bahwa agitasi adalah perbuatan negative, karena sifatnya menghasut, mengancam, menggelisahkan dan membangkitkan rasa tidak puas dikalangan publik serta mendorong adanya pemberontakan atau perlawanan.
Orangnya disebut agitator, orang yang berusaha menimbulkan ketidakpuasan, kegelisahan atau pemberontakan dan perlawanan orang lain. Ada agitator yang sikapnya selalu gelisah dan agressif, dan mampu menggerakan orang lain, baik melalui ucapan maupun tingkah lakunya. Sebaliknya ada juga agitator yang lebih tenang dan cenderung pendiam, tetapi mampu mempengaruhi, membentuk atau membina dan membangun opini publik serta menggerakkan publik melalui ucapan atau tulisannya.

Propaganda adalah upaya merayu opini publik dengan mengemukakan banyak gagasan atau pikiran secara mendalam kepada sedikit orang. Suatu kampanye politik  yang dengan sengaja mengajak, membimbing, mempengaruhi, membujuk, merayu oarang secara sistematis agar orang lain menerima pandangan, ideologi atau nilai. Kata lain adalah usaha individu atau individu-individu yang berkepentingan untuk mengontrol sikap kelompok individu lainnya dengan sugesti

Propaganda dilakukan dalam bentuk pendidikan kelas atau ceramah-ceramah yang jumlah pesertanya sangat terbatas atau terpilih. Para pengikutnya harus mamapu menggalang beberapa ribu pengikut baru yang diharapkan. Kharakteristinya yaitu satu-kepada-banyak ( satu propagandis menggalang banyak pengikut).

Istilah propaganda dari bahasa latin propagare yang berarti menyemai tunas suatu tanaman. Orang melakukan kegiatan itu disebut propagandis. Seorang propagandis harus yang memiliki kemampuan menciptakan suasana yang mudah kena sugesti (suggestible). Suasana itu sangat ditentukan kecakapan propagandis dalam mengsugestikan, menyarankan, mempengaruhi, membujuk kepada khalayak (suggestivitas), dan khalayak itu sendiri diliputi oleh suasana yang mudah kena sugesti (suggestibilitas).

Propagandis adalah politisi atau aktivis yang memiliki kemampuan dalam memperoleh opini publik yang positif dengan cara menjangkau khalayak kolektif yang lebih besar. Ada beberapa teknik propaganda (politik) yang memanfaatkan kombinasi kata, tindakan dan logika yaitu :
  1. Penjulukan (name calling) yaitu memberi nama jelek kepada pihak lain, membuat nama bagus untuk pihak sendiri.
  2. Testimonial yaitu pengulangan ucapan orang yang dihormati untuk mempromosikan kebaikan pihak sendiri. Begitu juga ucapan orang yang kita benci untuk meremehkan suatu maksud.
  3. Merakyat (plain foks), menempatkan diri sebagai bagian dari rakyat atau kelompok.
  4. Menumpuk kartu (card stacking), memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan logis.
  5. Gerobak Musik (bandwagon), mendorong khalayak untuk bersama-sama orang banyak bergerak mencapai tujuan atau kemenangan yang pasti.

Daftar Pustaka

Khasali, Renald. 2008. Manajemen Public Relation. Konsep dan aplikasinya di Indonesia. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti.
Arifin, Anwar. 2008. Opini Publik. Jakarta : Penerbit Pustaka Indonesia
Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosda.
Bungin, Burhan. 2008. Sosilogi komunikasi-Teori, Pardigma dan DiskursusTeknologi di Masyarakat. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Prayudi. Artikel – Manajemen Isu dan Tantangan Masa Depan.
Modul Mata Kuliah Opini Publik, Fisip Untag Jakarta. 2008.