Senin, 26 Agustus 2013

Fenomena Penggunaan Musik Populer Melalui Jejaring Media Sosial Pada Pilpres Meksiko Tahun 2012 Pasca “Musim Semi” Gerakan Revolusi Timur Tengah Dan Pilkada DKI Jakarta 2012



 Fenomena Penggunaan Musik  Populer Melalui Jejaring Media Sosial Pada Pilpres Meksiko Tahun 2012 Pasca “Musim Semi” Gerakan Revolusi Timur Tengah Dan Pilkada DKI Jakarta 2012
Oleh : Ali Sodikin [1]


Musik Rock Pada Pilpres Meksiko Tahun 2012
Artikel ini adalah analisa terhadap hasil penelitian Magdelana dari university of Colorado Boulder tentang  model kampanye yang menggunakan media musik rock (populer) memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yakni situs jejaring sosial menjelang Pemilihan Presiden Meksiko Juli 2012.  Gerakan tersebut menamakan  dirinya Gerakan Musicos con YoSoy132 yang digagas  para aktivis pro demokrasi karena melihat proses transisi demokrasi berada pada titik nadir. Kehidupan politik yang demokratis terancam dengan bangkitnya rezim semi-otoriter dan telah siap untuk merebut kembali kekuasaannya. Rezim yang pernah berkuasa selama hampir tujuh dekade tersebut telah digulingkan oleh rakyat Meksiko pada fase tahun 2000-an. Maka Pilpres Meksiko tahun 2012 adalah pertaruhan besar bagi kelangsungan kehidupan demokratis disana.    
Silang pendapat dan perang opini  tentang Pemilu yang bebas dan adil, bias media (media konvensional banyak dikuasai pengusaha pro status quo), dan pentingnya partisipasi aktif  pemilih disebarluaskan kepada khalayak, terutama kaum muda (anak gaul) sebagai pemilih pemula yang memiliki kecenderungan apolitis. Proses pembangunan, pembentukan opini dan gagasan tersebut   disebarluaskan dengan menggunakan media musik rock yang sedang populer untuk mempengaruhi mereka, anak-anak muda tersebut agar tidak golput dan bergabung, serta berperan aktif dalam Pilpres guna menyelamatkan transisi demokrasi yang sedang berkembang di Meksiko.  
Menurut penelitian para sarjana ilmu komunikasi, gerakan aktivis-aktivis pro demokrasi di Meksiko tidak terlepas dan  terinspirasi  gerakan di Timur Tengah yang dikenal sebagai “musim semi gerakan revolusi di Timur Tengah”. Fenomena ini banyak menjadi bahan penelitian para sarjana komunikasi dan telah banyak menghasilkan teori-teori, pendapat dan kesimpulan tentang kejadian terkini di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Pemilihan Presiden Meksiko telah dilaksanakan pada tanggal 1 Juli 2012,  Pemilu tersebut dipandang sebagai momentum yang sangat penting karena menjadi semacam puncak pertarungan gerakan pro demokrasi dengan kekuatan  partai politik lama yakni Partai Revoluisioner Institusional (PRI) yang oleh para ahli disebut sebagai rezim “semi-otoriter (Levi Bruhn &Zebadua. 2006). . Kondisi kritis tersebut disebabakan karena kekuatan PRI masih memiliki basis dukungan finansial kuat. Hal tersebut menjadikan peluang dan potensi mereka untuk mengembalikan kekuasaannya masih cukup besar. Meski kekuasaan PRI telah dijatuhkan pada dekade 2000an  namun sejarah mencatat rezim ini pernah mendominasi kekuasaan politik dan pemerintahan Meksiko selama lebih dari 70 tahun.  
Partai Revolusioner Institusional (PRI) yang telah digulingkan pada tahun 2000, adalah salah satu penyebab lambatnya proses demokrasi di Meksiko selama puluhan tahun. Berakhirnya pemerintahan semi-otoriter PRI menjadi tahap awal bagi tumbuhnya proses  demokrasi yang meski pondasinya  masih rapuh, tetapi secara resmi dapat dicatat dimulai pada tahun  2000.
Namun pada tahun 2012 kondisi tersebut ancaman terhadap demokrasi muncul kembali karena pencalonan  Enrique Pena Nieto dari PRI. Dengan slogan dan janji tentang pentingnya stabilitas Meksiko dan mengurangi konflik kekerasan yang terjadi selama transisi demokrasi , Enrique sendiri memimpin langsung kampanye PRI. Hal tersebut membangkitkan ingatan bayangan trauma masa lalu dan menimbulkan ketakutan serta momok  baru bagi rakyat Meksiko akan kembalinya mereka pada jaman otoritarianisme, koorporatisme, kronisne dan ancaman serius bagi demokrasi.
Musim semi 2012 menjadi momen penting bagi sejarah kontemporer Meksiko, bagaimana masyarakat sipil dari kaum muda yang terbukti berpengaruh di akhir 1990-an yang telah meruntuhkan kekuasaan PRI pada tahun 2000-sebagian besar telah memudar kepeduliannya pada situasi politik selama dua sexenios (istilah periode presiden enam tahun).
Orang muda yang telah terbukti menjadi agen perubahan pada tahun1990-an, tampaknya mulai memudar dari aktivitas politik pada tahun 2000-an, salah satu indikatornya adalah pergeseran pada selera warna musik populer di Meksiko. Musik rock yang pada tahun 1990-an sangat populer dan pada saat itu menjadi spirit wacana dan  perlawan politik kaum muda perlahan mulai redup. Selera musik kaum muda Meksiko bergeser pada musik-musik yang lembut yang terpola dan dianggap lebih sopan tanpa muatan politis, alih-alih menjadi kekuatan politik.  
Namun kondisi tersebut berubah  dratis menjelang pemilihan presiden tahun 2012, gemuruh  musik rock Meksiko menunjukkan ‘percikan’  yang mampu menggalang kesadaran dan tindakan kolektif anak muda yang mengejutkan.  Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), termasuk didalamnya jejaring media sosial (SNSs), sebuah kelompok aktivis pro demokasi yang disebut Musicos con YoSoy132 (Musisi bersama saya 132) meluncurkan kampanye online yang dirancang untuk meningkatkan partisipasi kaum muda dalam Pilpres melalui gerakan pemantauan pemilu, literasi media, dan meningkatkan jumlah peserta pemilu. Meskipun Musicos con YoSoy132 tidak secara eksplisit mendukung salah satu kandidat, namun gerakan kampanye-nya yang ditujukan pada kaum muda Meksiko yang telah lebih dari 30 tahun lebih tidak mengenal partai dan gerakan PRI sentries. Namun dapat dianalisis secara tersirat bahwa kelompok ini berupaya menggagalkan keinginan naiknya  Pena Nieto dan PRI.
Pada artikel ini, Magdelana meneliti Musicos con YoSoy132, aktivitas online-nya pada saat genting dalam perpolitikan nasional Meksiko. Karena kondisi tersebut terjadi sejalan dengan pemberontakan dan revolusi yang terjadi di Timur Tengah dan afrika Utara (MENA). Karena posting-posting mereka dapat diteliti bahwa konteks gerakan ini memiliki persamaan dengan posting-Spring Arab, kesamaannya yang paling menonjol adalah dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan situs jejaring sosial (SNSs), meski tujuan dan sasaranya politiknya berbeda dan efeknya juga sangat bervariasi.
Magdelana meneliti dua proses yang saling melengkapi untuk mencari hubungan antara teorisasi TIK, media sosial dan gerakan sosial kontemporer. Dua proses tersebut adalah : 1). Peran TIK dalam kancah musik rock Meksiko dan bagaimana aktivitas yang mengambil dimensi politik yang seharusnya telah ditinggalkan 2). Bagaimana TIK dan SNSs digunakan kaum muda Meksiko sebagai alat dan ruang untuk kegiatan politik. Pada akhirnya, kasus Musicos con YoSoy 132 memberikan kesempatan untuk secara singkat meneliti peran musik populer dalam gerakan sosial kontemporer termasuk Pemilu.

Musik Populer, Media Sosial dan Kemenangan Jokowi-Ahok
            Fenomena penggunaan musik-musik yang populer di tengah masyarakat (Rock, Pop, Dangdut, dan sebagainya) melalui jejaring media sosial  untuk menggalang kekuatan publik dalam pergerakan sosial kontemporer telah menjadi trend kekinian. Kita bisa melihat ‘musim semi’ gerakan revolusi di Timur Tengah dan Afrika Utara, Pemilihan Presiden Amerika dan kemenangan Obama.
            Begitu juga dalam pergerakan politik kontemporer di Indonesia, fenomena tersebut menjadi trend baru, bagaimana video-video musik berbagai aliran hasil kreativitas anak muda, yang disebarluaskan melalui jejaring media sosial  memiliki peran besar pada kemenangan Jokowi-Basuki pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012. Kemenangan yang sangat luar biasa, karena Jokowi-Ahok mampu mengalahkan incumbent Foke-Nara.
 Setidaknya ada tiga faktor yang menjadi kunci kemenangan Jokowi yaitu komposisi pemilih kelas menengah yang besar, strategi pendekatan yang tepat ke pemilih, dan media yang berpihak pada Jokowi.
Suka tidak suka, media juga berperan penting dalam memoles brand Jokowi. Berita - berita tentang Jokowi lebih banyak yang memiliki sentimen positif dibanding Foke baik di media konvensional maupun online.
Strategi pendekatan yang tepat kepada pemilih pemula (kaum muda) dengan kampanye melalui lagu-lagu parody dengan latar belakang musik populer (rock, pop, dangdut) dan disebarluaskan melalui media sosial, adalah salah satu faktor penentu kemenangan Jokowi-Ahok.
Seperti contoh video parodi What Makes You Beautiful by One Direction menjadi salah satu faktor kemenangan pasangan Jokowi - Ahok (Basuki). Video yang dipublis tanggal 25 Agustus 2012 hingga Kamis, 30 Agustus  pukul 6.00 WIB, video tersebut sudah ditonton oleh 520.129 orang. Bahkan sebelum pemilihan suara pada putaran kedua, video tersebut telah dikunjungi oleh lebih dari 1,5 juta penonton.
Video berdurasi 3 menit 22 detik ini diunggah oleh 'CameoProject', lirik  lagu One Direction diubah dalam bahasa Indonesia, lagu itu menceritakan sejumlah warga DKI Jakarta yang hendak membuat KTP. Karena terlambat bangun, maka mereka menjadi terburu-buru, namun ironis jalanan  Jakarta macet setiap harinya. Ditambah petugas kelurahan juga terlambat datangnya. Datang calo (entah kenapa harus berkumis tebal), berjanji akan membantu pembuatan KTP, tetapi mereka harus membayar uang pelicin.
Video parody tersebut, menggambarkan betapa sulitnya persoalan birokrasi dan kondisi Jakarta, warga yang hanya mau membuat KTP saja, kesulitannya sangat luar biasa. Maka warga tersebut digambarkan membutuhkan pemimpin baru dan mengalihkan pilihannya pada Jokowi-Ahok  (digambarkan sejumlah warga membuka baju lama dan berganti baju baru kotak-kotak, yang menjadi simbol kampanye pasangan tersebut). 
Munculnya video parodi sindiran yang memuat susahnya pembuatan KTP di Youtube, oleh tim relawan cagub DKI Jakarta Jokowi-Ahok, merupakan kreativitas yang sangat bagus, menggambarkan pemimpin lama yang tidak bagus, dan Jakarta membutuhkan pemimpin baru. Karya tersebut cukup menarik karena isinya berbentuk parody yang lucu namun mengena dan tepat sasaran.
Begitu juga dengan lagu Jokowi-Basuki (Gangnam Style n Big Bang- parody) yang di upload oleh Andre Winardi tanggal 13 September 2012, telah ditonton sebanyak 986,944 pengunjung. Tak Kotak Mis Kumis dari Cameo Project dikunjungi sebanyak 774,335 kali. Jakarta baru harapan Baru Wajah Baru, Cameo Project, 119.612 kali.  Jakowi Basuki parody Curahan Hati oleh Andre Winardi, sebanyak 269.995 kali.
Jelas sekali bahwa suara pemilih pemula dari kalangan kaum muda merupakan salah satu faktor penentu kemenangan Jokowi-Ahok pada Pemilukada DKI Jakarta tahun2012 kemarin. Penggalangan suara kaum muda dilakukan oleh tim sukses Jokowi-Ahok dengan memanfaatkan kreativitas mencipta, mendaur ulang lagu atau musik populer di Indonesia. Baik jenis musik rock, pop, dangdut dan lainnya.
Karya tersebut disebarluaskan melalui jejaring media sosial, maka terbukti efeknya sangat luar biasa, bagaimana video tersebut dikunjungi ratusan ribu, bahkan ada yang mencapai hampir dua juta pengunjung  menontonnya. Hal tersebut mebuktikan bahwa fenomena penggunaan musik populer melalui jejaring media sosial merupakan trend baru dalam gerakan sosial dan politik kontemporer.


Daftar Pustaka

International Journal of Comunication 7 (2013), 1205-121932-8036/2013005
Copyright © 2013 (Magdelana Red). Licensed under the Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives (by-nc-nd). Available at http://ijoc.org. Rocking the Vote in Mexico’s 2012 Presidential Election: Mexico’s Popular Music Scene’s Use of Social Media in a Post–Arab Spring Context MAGDELANA RED University of Colorado Boulder
Kaleidoskop 2012 Dahsyatnya Media Sosial dan Kemenangan Jokowi Amril Amarullah - Okezone Rabu, 26 Desember 2012 16:28 wib
Tuesday, 28 August 2012 5:24 am. Kabartop.com – Pemilukada DKI 2012 putaran kedua akan segera berlangsung, pertarungan sengit antara pasangan Cagub dan Cawagub Foke-Nara & Jokowi-Basuk/Ahok pun semakin terlihat.
BERITA NUSANTARA ASIA CALLING BOLA OPINI LIFESTYLETEEN VOICE OF FAIR INDEX. Jokowi, Ganjar Pranowo, dan 'Kemenangan' Musik MetalWritten by  Agus LuqmanSun,26 May 2013 | 16:02PrintEmail  Twitter  Facebook   google+Salam metal Ganjar Pranowo. (Foto: ANTARA)

[1] Pemerhati Masalah Sosial, Direktur Eksekutif Jakarta Studi Center, Staf Pengajar STAI Publistik - Thawalib Jakarta, Mantan Ketua Umum Pertama HMI Jakarta Pusat - Utara, Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercubuana Jakarta







-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

masukkan alamat email anda